BARRU - Windy Joana adalah nama penanya. Dara asli kabupaten Barru ini memulai karir menulisnya secara profesional dikanca nasional di tahun 2018 saat salah satu tulisannya di internet dipinang sebuah penerbit.
Gadis yang memang hobby membaca sejak remaja ini sudah tertarik dengan dunia literasi sejak memasuki sekolah menengah atas, berniat menekuni sastra sebagai jurusan kuliah yang sayang sekali tidak direstui Ibunda hingga pada akhirnya menyelesaikan studinya dengan gelar sarjana Ilmu politik di sebuah Universitas swasta di kota Makassar di tahun 2015.
Ternyata passionnya untuk menulis tidak terhalangi restu ataupun jurusan, Windy terus produktif menulis hingga bisa menerbitkan berbagai karya fiksi populer sepeti novel Malang untold story yang berkolaborasi dengan penulis Tenderlova, Novel Makassar mantra tentang hujan, Titik Nadir, hingga Lovechitec yang tersedia di toko buku seluruh Indonesia.
Meskipun beberapa karyanya hanya dibisa dibeli saat pre-order setahun sekali dan dibatasi, tidak menghalangi penikmat literasi untuk memilikinya. Bahkan buku terakhirnya TITIK NADIR yang bercerita tentang romansa dan pergerakan mahasiswa di kota Makassar saat demo besar-besaran tahun 2012 terjual 2500 eksemplar hanya dalam waktu 48 jam di tahun 2022 lalu.
Kini Windy mencoba gebrakan baru dengan membuat novel fiksi sejarah yang dipadukan dengan fantasy dan romansa berjudul LONTARA. Yang akan menceritakan tentang to manurung yang diturunkan di tanah Riampulung untuk membumi, namun ditolak wangsa tanah sebab merasa tidak ada gunanya langit mengirimkan bantuan di tanah yang makmur tanpa konflik.
Selain bercerita tentang perebutan kekuasaan, reinkarnasi, juga akan ada romansa tidak biasa antara to manurung dengan puang atau raja di tanah tempatnya diturunkan di dalam novel ini.
Lontara sendiri kabarnya dikerjakan selama satu tahun penuh sebab sulitnya narasumber juga kajian pustaka. Novel fiksi sejarah ini akan rilis 27 April 2023 dan dapat dipesan melalui pre-order di berbagai platform dan marketplace penerbit Lovrinz.
“Semoga kedepannya akan banyak penulis-penulis lain baik dari Sulawesi selatan atau bahkan kabupaten Barru sendiri yang mengangkat tradisi, dongeng, ataupun sejarah untuk dijadikan karya yang lebih modern agar dapat menjangkau anak muda hingga minat baca di kalangan remaja meningkat.”harap Windy. (*).